Klikberita.co,Minahasa - Merebaknya berbagai isu dan cerita mengenai pasien yang dicovidkan pihak rumah sakit ternyata bukanlah hanya sebuah cerita. Kenyataan yang terjadi pada saat Vanda Politon dan Hence Karamoy memposting di Media Sosial, kejanggalan penanganan pasien yakni keluarga mereka mulailah ditanggapi dukungan dari ribuan pengguna sosmed yang sebagian besar mengutuk tindakan yang dilakukan para “Pahlawan” terdepan saat ini terutama tanggapan pedas dari ratusan warga yang mengalami hal yang sama.
Kronologis cerita dari Vanda mengatakan bahwa awalnya ayahnya menderita susah bernafas oleh dokter umum diberi rujukan untuk ke RS.Tondano hanya untuk menormalkan pernafasan alm.Frits Politon. Yang terjadi kemudian pihak RS melakukan Rapid dengan hasil awal non reaktif namun rupanya pihak RS tidak puas menyatakan bahwa almarhum harus diisolasi dalam hal ini pihak RS.Tondano secara tidak langsung telah menetapkan bahwa almarhum telah terpapar Covid-19 dengan pegangan surat bahwa almarhum telah di swab yang hanya diperlihatkan kepada keluarga namun tidak ada diagnosa.
Melihat pelayanan yang kurang memuaskan pihak keluarga pada tanggal 15 Januari 2021, ingin memberikan pelayanan yang terbaik dengan mengambil keputusan akan merujuk ke RS.Prof. Kandow Malalayang namun pihak RS. Sam Ratulangi Tondano menghalang halangi dan meminta keluarga untuk menanda tangani surat dimana yang bersangkutan adalah pasien yang terpapar Covid-19 dan jika tidak mereka tidak akan ijinkan untuk dirujuk dan tidak akan ada pelayanan.
Mendengar cerita bahwa banyak juga pasien yang akhirnya tanda tangan dan mendapat perawatan yang baik di RS. Kandow Vanda sebagai anak menanda tangani surat tersebut.
Sudah banyak cerita yang berkembang saat ini setelah kejadian ini terkuak dimana sebagian besar pelayanan di RS.Tondano akan di Covidkan agar penanganan lebih lancar terutama dengan dana yang tersedia.
“Belum lama ini saudara kami mau melahirkan saja akan dilayani asalkan mau tanda tangan Covid,”tambah Hence.
Cerita berlanjut harapan keluarga untuk mendapat pelayanan yang lebih baik ternyata malah lebih buruk di RS. Prof Kandow Malalayang Manado. Sesampainya di RS yang katanya terbesar di Indonesia Timur tersebut pasien Alm. Frits Politon dimasukkan di UGD namun dibiarkan begitu saja dan seolah tidak ada Protokol Kesehatan karena ada juga pasien dan penjaga lainnya.
Hingga hal yang disesalkanpun terjadi saat pasien meregang nyawa tidak ada pelayanan dari pihak RS. Kandow Malalayang tersebut.
“Kami kaget saat datang petugas bagian penguburan yang mengatakan bagaimana dengan jenazah apakah mau dikuburkan atau bagaimana, “tambah Vanda.
Sontak keluarga yang menanti diluar kaget dengan info ini sebab belum lama dan mereka ketahui bahwa almarhum dalam keadaan yang kuat saat VC sebelum tinggalkan RS. Tondano.
“Kami menduga mungkin karena mereka tahu dia “Covid” maka tak mau melayani seolah dibiarkan saja, dan sudah 1 jam meninggal kami tidak ada pemberitahuan, “tambah Jemmy Politon adik almarhum.
Tindakan biadab pihak rumah sakit inipun mendapat tanggapan para pengguna sosmed dan hampir semua mengutuk dan mendukung upaya keluarga menempuh jalur hukum dengan banyaknya kejadian serupa hanya mereka tidak punya kekuatan untuk melawan.
“Sebab memang pada saat jenazah dinyatakan Covid maka sesuai protap pihak RS akan dilindungi oleh tim termasuk aparat kepolisian jadi keluarga tidak berdaya untuk melakukan protes, nah inilah yang dijadikan kekuatan pihak medis”ujar Hence Karamoy keponakan almarhum yang juga seorang jurnalis.
Ditambahkan Hence bahwa ada ratusan orang membagikan curhatan kami di medsos hingga ribuan tanggapan baik di status maupun di tanggapan postingan dan ini menandakan hal ini perlu perhatian serius.
“Mohonlah pak Gubernur bertindak jangan diam, kepada siapa kami mengeluh kalau bukan kepada pemerintah yang memiliki wewenang jangan nanti semakin banyak dan nanti kena pada keluarga kita kedepan baru mau bergerak, dan saya juga tak percaya dengan jumlah Covid di SULUT sebab banyak yang di covidkan ternyata dan banyak yang sembuh yang mungkin juga sebenarnya tidak terpapar Covid ”tambah Hence Karamoy.
Hence juga Mengharapkan agar semangat si TOU TIMOU TUMOU TOU dan sebagai umat Kristen atau sebagai umat beragama agar tetap menghargai nyawa sesama kita.
Beberapa tanggapan dari ratusan tanggapan di medsos diantaranya,
“ ….. sekarang banyak RS yang cari untung … nanti Tuhan balas, tulis Shia..
“Sadis rumah sakitnya … Tom..
“ … Dapatako RS bagini, korbankan nyawa demi dapa dana … Mus. ….
“skarang RS kejam jadi kalo boleh merawat di rumah jo … Fran.. ……
“ …. Torang mengalami kubur covid setelah itu datang surat nda covid .. Deine ..
“ …. Pihak RS suka menakut nakuti dan suruh paksa mo tanda tangan … Yunita ..
“ Kalo sakit jangan maso rumah sakit sama saja masuk mulut singa ….Youla ….
“ sama deng kit ape ipar …. Fendy ….
“Presiden Jokowi Yth tolong lihat rakyatmu yang diperlakukan … Yever …
“Kalau merasa bertanggung jawab akan kinerja yang tak benar sebaiknya dirut RS. Sam Ratulangi Tondano dan Dirut RS.Kandow Manado mundur karena sudah berapa nyawa yang meninggal sia sia, “ujar Hence Karamoy.
Ditambahkan Hence bahwa pergerakannya saat ini didukung oleh rekan, GMPK Gerakan Masyarakat Perangi Korupsi, beberapa LSM pribadi pribadi yang memiliki cukup pengaruh.
“Akhirnya dan seperti saran teman temab bahwa kami hanya bisa serahkan kepada Tuhan mereka mereka yang menyalahgunakan tugas dan tanggung jawab mereka semoga bertobat dan mengakhiri cara kerja yang biadab,”tambah Hence. (Michael)