Sidoarjo — Upaya evakuasi korban reruntuhan bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny di Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, terus dilakukan hingga Sabtu (4/10). Tim gabungan dari BPBD, Basarnas, TNI, dan Polri menggunakan alat berat untuk mempercepat proses pencarian setelah dipastikan tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan di lokasi kejadian.
Kepala BPBD Sidoarjo, Wahyu Triwidodo, menyampaikan bahwa penggunaan alat berat dilakukan setelah proses pencarian manual dianggap tidak memungkinkan lagi karena tumpukan material bangunan yang cukup tebal dan berisiko bagi tim penyelamat.
“Kami sudah lakukan penyisiran manual terlebih dahulu. Setelah memastikan tidak ada lagi suara atau tanda-tanda kehidupan dari dalam reruntuhan, alat berat mulai kami turunkan untuk mempercepat proses evakuasi,” ujarnya.
Hingga saat ini, tercatat lima santri dinyatakan meninggal dunia, sementara 13 orang lainnya berhasil diselamatkan dan telah mendapatkan perawatan di rumah sakit. Para korban luka sebagian besar mengalami patah tulang dan luka di bagian kepala akibat tertimpa material bangunan.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa telah meninjau langsung lokasi kejadian dan memastikan pemerintah provinsi menanggung seluruh biaya perawatan korban. Selain itu, bantuan logistik dan santunan bagi keluarga korban juga telah disalurkan.
“Kami turut berduka cita sedalam-dalamnya. Pemprov Jatim memastikan seluruh korban mendapat perawatan terbaik dan bantuan akan segera disalurkan kepada keluarga yang ditinggalkan,” kata Khofifah.
Petugas gabungan masih terus bekerja membersihkan puing-puing bangunan di sekitar lokasi. Proses ini diperkirakan memakan waktu hingga seluruh area reruntuhan benar-benar aman dan steril.
Pihak kepolisian kini juga tengah melakukan penyelidikan terkait penyebab ambruknya bangunan ponpes tersebut, termasuk memeriksa kondisi struktur dan izin pembangunan yang digunakan oleh pihak pengelola.