PAMEKASAN – Wakil Rektor III Universitas Islam Negeri (UIN) Madura, Mohammad Ali Al Humaidy, M.Si., buka suara terkait polemik permintaan dukungan dari mahasiswa yang meraih prestasi dalam ajang Pekan Olahraga Mahasiswa Provinsi (POMPROV) Jawa Timur 2025.
Mahasiswa bernama Moh. Agung Dwi Putra dari Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) sukses menyabet gelar juara di cabang olahraga pencak silat. Namun, usulan dukungan yang mereka ajukan ke pihak kampus belum bisa sepenuhnya direspons secara finansial.
Menanggapi hal ini, Warek III UIN Madura yang akrab disapa Malhum menegaskan bahwa pihak kampus hanya dapat memberikan dukungan administratif bukan dalam bentuk pembiayaan.
“Saya sudah clearkan. Bentuk dukungan yang bisa kami bantu adalah surat rekomendasi resmi dari kampus. Tapi tentu saja, tetap harus disertai data lengkap seperti NIM, semester dan prodi,” ujar Malhum saat dikonfirmasi Klikberita, Selasa (4/6/2025).
Malhum menjelaskan, secara regulasi, kampus yang berada di bawah Kementerian Agama (Kemenag) hanya memiliki kewenangan mendukung kegiatan yang berada dalam kerangka Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI).
“Anggaran untuk kegiatan seperti ini tidak tersedia. Karena ini bukan program strategis dari Kemenag. Kalau acaranya bukan dari PTKI, maka tidak bisa dibiayai oleh institusi kami,” tegasnya.
Lebih jauh, ia mengungkapkan bahwa ajang POMPROV merupakan program olahraga yang berada di bawah naungan Kemendikbudristek, dan mayoritas diikuti oleh kampus-kampus umum seperti Unair, Unesa dan lainnya.
“Itu bukan ranah kami. Kami fokus pada kegiatan seperti PESONA dan JAWARA yang memang berada dalam kerangka Kemenag,” jelasnya.
Meski tidak bisa mendukung dalam bentuk dana, pihak kampus tetap terbuka untuk memberikan fasilitasi administratif selama prosesnya sesuai aturan. Malhum juga menyarankan mahasiswa berkoordinasi dengan UKM atau komunitas pencak silat kampus terlebih dahulu.
“Saya tidak bisa memproses permintaan tanpa ada rekomendasi dari UKM atau UKK. Dari sanalah kami bisa mulai verifikasi dan melihat peluang dukungan lain,” tuturnya.
Malhum memastikan bahwa pihak kampus tetap memberi ruang apresiasi bagi mahasiswa berprestasi. Namun, semuanya harus berjalan dalam aturan yang telah ditetapkan lembaga.
“Bukan menolak, tapi harus sesuai regulasi. Kalau programnya di luar PTKI, maka tidak serta-merta bisa kami anggarkan,” tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, Prestasi membanggakan datang dari mahasiswa UIN Madura. Moh. Agung Dwi Putra, mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) berhasil meraih juara 2 dalam ajang Pekan Olahraga Mahasiswa Provinsi (POMPROV) Jawa Timur 2025 cabang pencak silat. Uniknya, Agung berjuang sendirian tanpa sokongan finansial dari kampus.
Agung mengikuti POMPROV yang digelar di Universitas Surabaya (Ubaya) pada 30 Mei–1 Juni 2025. Di hari terakhir pertandingan, Agung menutup kompetisi dengan prestasi membanggakan: menyabet medali perak.
Namun di balik kemenangan itu, ada kisah perjuangan yang tidak mudah. Agung mengaku seluruh biaya keberangkatan, penginapan hingga konsumsi ditanggung sendiri. Padahal, ia dan rekannya, Sri Mulyani, mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam, sebelumnya telah mengajukan permohonan dana ke pihak kampus.
“Kami sudah mengajukan anggaran karena lomba ini membawa nama kampus. Tapi pihak kampus bilang tidak bisa bantu karena alasan efisiensi anggaran,” ujar Sri Mulyani kepada Klikberita, Minggu (1/6/2025).
Agung dan Sri Mulyani bukan nama baru di dunia olahraga mahasiswa. Keduanya pernah membela kampus di ajang PORSI JAWARA 2023 di UIN KHAS Jember. Kala itu, Agung meraih juara 1 dan Sri Mulyani juara 3.
Prestasi Sri Mulyani bahkan lebih panjang. Ia adalah atlet andalan Jawa Timur yang dua kali menyabet juara 1 di Porprov dan Kejurprov 2022. Tahun lalu, ia juga meraih juara 3 di Porprov 2023. Bahkan, Sri sempat terpilih menjadi bagian kontingen PON Aceh 2024. Namun, ia terpaksa mundur karena kembali terkendala dana.
“Saya sudah menghubungi beberapa dosen, tapi tetap tidak ada solusi. Akhirnya tidak jadi berangkat,” bebernya.
Berbeda dengan Sri, Agung memilih tetap bertanding meski harus merogoh kocek sendiri. Ia didampingi sang ayah selama pertandingan berlangsung. Teman-teman sesama atlet pun turut hadir memberikan dukungan langsung di Ubaya.
Meski berjuang sendiri, Agung tetap membawa nama UIN Madura dalam kompetisi tersebut. Bagi Agung, kemenangan ini bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk kampus yang dicintainya.
“Walaupun tidak dibantu, saya tetap bangga bisa bawa nama UIN Madura. Ini bentuk komitmen saya sebagai mahasiswa dan atlet,” kata Agung.
Kisah Agung dan Sri Mulyani menyoroti pertanyaan besar soal peran perguruan tinggi dalam mendukung pengembangan potensi mahasiswa. Apakah kampus hanya tempat kuliah, atau seharusnya juga jadi ruang tumbuh bagi prestasi non-akademik?
Kini, keduanya tengah fokus mempersiapkan diri menuju ajang Porprov Jatim 2025 yang akan digelar akhir Juni mendatang. Meski belum tahu apakah akan mendapat dukungan dari kampus atau tidak, mereka tetap optimis bisa mengharumkan nama Pamekasan dan tentu saja UIN Madura.