KLIKBERITA.CO, OPINI – Amnesty International merupakan wadah organisasi non pemerintah internasional dengan maksud mengampanyekan seluruh hak asasi manusia yang terdapat dalam Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia dan standar internasional lainnya.

Dii tengah hiruk pikuk narasi nasional yang kian homogen dan dikontrol, kehadirannya di Indonesia layak dilihat sebagai cermin bahkan alarm. Laporan tahunan dan pernyataan organisasi ini, khususnya mengenai hak asasi manusia, kerap mengundang reaksi keras dari pemerintah.Tapi pertanyaannya adalah bukan soal mengapa Amnesty mengkritik? melainkan seharusnha mengapa kritik mereka terasa begitu relevan, begitu kira-kira pertanyaan yang cocok.

Namun di balik semua itu, satu hal yang menjadi catatan bahwa lembaga ini, suka atau tidak, menjadi pengingat keras bahwa demokrasi kita masih belum ramah bagi semua suara. Saya melihat peran Amnesty bukan sebagai provokator asing, tapi sebagai pengingat bahwa demokrasi adalah pekerjaan rumah yang tak pernah selesai.

Amnesty International kerap dituding membawa kepentingan luar atau memojokkan Indonesia. Namun, substansi kritik mereka justru merujuk pada hal-hal yang kita semua saksikan, mulai dari pembatasan terhadap kebebasan berpendapat, tindakan represif terhadap demonstran, kriminalisasi aktivis serta pelanggaran HAM di Papua.

Apa yang disampaikan Amnesty sebenarnya tidak jauh berbeda dengan keluhan masyarakat sipil dalam negeri. Jadi ketika pemerintah menuduh kritik itu sebagai campur tangan asing, saya justru melihatnya sebagai bentuk penghindaran terhadap introspeksi. Negara demokratis sejati tak akan runtuh oleh kritik. Justru ia menguat melalui keterbukaan terhadap koreksi.

Dalam narasi besar negara, isu HAM sering dianggap elitis atau jauh dari rakyat, Tapi sebenarnya, yang diperjuangkan Amnesty adalah hal paling mendasar: hak untuk bicara, hak untuk protes, hak untuk tidak dipukul saat menyuarakan pendapat, hak untuk tidak dikriminalisasi karena status sosial atau pilihan politik. Hal demikian adalah wajah sehari-hari dari demokrasi.

Ketika seorang jurnalis tak bisa menulis karena takut atau aktivis perempuan dikuntit karena vokal, maka demokrasi telah gagal menjaga rumahnya sendiri. Kita tak bisa memoles citra luar negeri sambil membiarkan rakyat di dalam negeri hidup dalam ketakutan.

sudah saatnya pemerintah Indonesia mengubah pendekatan dari konfrontatif menjadi dialogis. Amnesty bukan lembaga politik yang ingin menggulingkan pemerintahan, tapi lembaga advokasi yang mendorong transparansi dan keadilan.

Pemerintah seharusnya menjadikan laporan itu sebagai dasar evaluasi kebijakan bukan menudingnya sebagai serangan terhadap kedaulatan dari sini satu pertanyaan yang menarik yakni sudah sejauh mana kita melindungi rakyat sendiri? Justru dengan keterlibatan masyarakat sipil dan organisasi HAM internasional, Indonesia bisa memperkuat posisi globalnya sebagai negara demokratis yang berkomitmen terhadap HAM.

Jika kita benar-benar percaya pada hak asasi manusia sebagai fondasi bangsa, maka kehadiran lembaga seperti Amnesty disambut dengan dialog bukan penolakan.

Peran kita adalah terus memastikan bahwa suara HAM tak dibungkam atas nama stabilitas. Ketika suara itu hilang, yang akan diam bukan hanya aktivis atau jurnalis tapi kita semua. Jika negara terus mengedepankan kekuasaan atas partisipasi, maka sejarah akan mencatat bahwa Indonesia yang dulu bersinar sebagai demokrasi muda, telah mundur bukan karena tekanan luar tetapi karena ketakutan akan suara rakyatnya sendiri.

 

***

**) Artikel Ditulis oleh Abdul Manan, S.H, Praktisi Hukum dan Jurnalist, Alumni S1 Universitas Islam Malang dan Saat ini sedang menempuh Pendidikan Khusus Profesi Advokat. 

**) Tulisan artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis dan tidak termasuk tanggung jawab media klikberita.co.

**) Rubrik terbuka untuk umum. Panjang tulisan maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata.

**) Artikel Dikirim ke email resmi redaksiklikberitadotco@gmail.com.

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirimkan apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi klikberita.co.